Minggu, 05 Februari 2012

Seulayang lon... Pat droen jinoe??


Pukul 05.15 WIB, kami tiba di bandara Sultan Iskandar Muda. Kulihat Abi terburu-buru masuk ke ruangan besar itu dengan menunjukkan tiketnya kepada petugas disana. Langkahnya begitu cepat karena waktu check-in tinggal 15 menit lagi. Padahal tadi sudah diusahakannya bangun cepat. Akan tetapi niatnya diurung sesaat karena sibuk bercengkerama dengan bayi kami yang baru lahir. “Ummi... bagaimana perasaan Abi nanti disana?”, katanya dengan rawut wajah memelas tak tega akan meninggalkan kami di Aceh. Memang kalimantan itu sangatlah jauh. Ongkos perjalanan juga besar. Tak urung dirinya terpaksa menghemat makannya karena ingin sekali mengunjungiku dan bayinya. Maklumlah sejak Desember yang lalu, sejak bayi kami lahir beliau belum melihatnya. Alhamdulillah semua telah berjalan lancar. Akhirnya aku berhasil mempertemukan bayiku dengan Abinya. Walaupun hanya seminggu saja. Walaupun akhirnya aku merasakan kembali perasaan ini. Ditinggal lagi dalam waktu yang cukup lama.
“Jangan terburu-buru hai dek”, kata Cut Ti. “Kasian bayi masih terlalu kecil. Dia tidak akan mampu melakukan perjalanan kesana. Kasihan kupingnya”, sambungnya lagi sambil mengulurkan tangannya mengambil alih menggendong bayiku dengan lembut. Apakah aku begitu egois membiarkan niatku ini? Ah, entahlah. Aku sendiri masih sangat bingung. Hatiku benar-benar terbelah dua. Anakku? Atau suamiku? Satu disini? Satu disana? Kugelengkan kepala untuk jangan mengingat ini lagi. Semoga semuanya akan kembali seperti semula. Aamiin.
Setelah proses check-in selesai, Abi kembali menjumpaiku. Menyalami, mencium dan mendoakanku di kening. Matanya terus memandangiku, memberi semangat mengingatkan kalau Allah SWT akan segera mempertemukan kami lagi. “Pulanglah”, katanya. Kubendung perasaan ini, kutahan tangisan ini. Papa langsung menggandengku membalikkan badanku untuk segera pulang. “Ayo nak, sudah hampir adzan shubuh”, katanya. Langit masih gelap. Kuikuti langkah Papa menuju parkiran. Hujan rintik membasahi jalanan yang kami lalui. Udara pun masih terasa sangat dingin. Kubuka tas, dari pesan di HP tertulis bahwa dirinya sudah berada dalam pesawat dan meminta doaku semoga sampai dengan selamat. InsyaAllah yang akan datang akan berkumpul kembali sekeluarga dan tak akan terpisahkan lagi. “Sampai bertemu lagi sayang, kami akan selalu merindukanmu”.

Dariku yang jauh di Nanggroe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar