Kamis, 25 Agustus 2011

Hari-hari Terakhir di Nunukan

Puasa sudah berjalan 26 hari. Berarti 3 hari lagi aku berada di Nunukan. Alhamdulillah, waktu terus berjalan sampai hari penantianku kembali ke Aceh sudah hampir tiba. Selama puasa ini, aku dan calon bayiku sudah mulai sehat. Memang di awal pulang dari rumah sakit,  aku belum bisa bangun dari tempat tidur. Masih teringat diingatan ini, kelelahan Abi setiap hari berusaha mengatur waktu kantornya dengan memperhatikan makan siangku. Abi berusaha pulang siang untuk melihatku. Maklum, kantornya jauh. Belum lagi, posisiku sebagai IRT digantikan semua olehnya. Dari mulai mencuci, memasak atau membeli makan di luar kalau tidak sempat, menyuci baju sampai menyapu. Berat badannya turun, kasihan Abi. Pipi tembemnya sudah menyusut alias kurus!! “Iiih... Ummi tega banget”, rasanya terus-terusan aku memarahi diri ini. Tapi apa yang bisa kulakukan, berdiri lama saja aku tak mampu. Alhamdulillah kesabaran Abi ternyata menambah semangatku untuk cepat sembuh. Menambah rasa cintaku padanya. Menambah rasa syukurku kepada Allah karena telah mengirim suami yang sholeh untukku.
Hasil USG Buah Hatiku
                Dari catatan diariku, tercatat Hari Jum’at Tanggal 5 Agustus 2011, kami kembali menjumpai dokter kandungan di Nunukan. Seingatku, Abi berusaha pelan membawaku dengan motornya. Aku lebih memilih Abi memboncengku daripada naik angkot yang belum tentu sopirnya mengerti keadaanku. Soalnya begitu tergoncang sedikit karena lubang-lubang jalanan, perutku menegang lagi. Ditambah rasa sakit juga. Begitu sampai di klinik, kulihat Abi tersenyum bahagia saat memperhatikan buah hatiku dilayar televisi saat di USG. Hasilnya janin bayiku tunggal hidup,denyut jantungnya bagus dan air ketubanku pun cukup untuk melahirkannya. Aku juga tidak bosan-bosan melihat foto bayiku walaupun cetakan hasilnya tidak sejelas 4 dimensi.
InsyaAllah, kalau ada waktu hari ini kami kembali menjumpai dokter itu lagi, mengingat aku harus meminta surat izin terbangku yang harus ada kurang lebih 4 lembar. Dari Nunukan ke Tarakan, Tarakan ke Jakarta dan Jakarta ke Aceh. 1 lembar lagi jaga-jaga kalau nantinya ada kendala penerbangan di jalan. Soalnya tiket pulang ke Aceh kami belum dapat. Masih tinggi sekali harganya. Kami masih menunggu harga standar yang insyaAllah bisa kami jangkau. Abi juga harus kembali ke Nunukan. Kalau tidak ingat kondisi bayiku, mungkin kami tidak akan berpisah dulu sementara ini. Tapi di Aceh, setahuku ada Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Soalnya KTPku masih berasal dari sana dan ada Mama yang menemaniku. Nanti begitu ada tanda kelahiran bayiku, Abi akan pulang melihatku. Semoga keputusan mutasi Abi segera datang. Biar kami bisa bersama lagi. Pengorbanan itu perlu. Demi kebaikan buah hati kami. Mohon dukungan dan doanya ya teman-teman.
Salam dariku yang jauh di Nunukan... :)

Selasa, 23 Agustus 2011

Bunda, Kami Selamat!


Dear Bunda...
Alhamdulillah kabarku sekarang ini sehat wal-afiat. Begitu juga dengan calon dedek bayiku. Sudah mulai respon dan aktif bergerak dengan setiap cerita-ceritaku. Usia kehamilanku sekarang ini masuk 24 minggu. Berarti tidak lama lagi akan masuk 6 bulanan. Oia,  apabila Allah mengizinkan aku akan pulang ke Aceh Lebaran Idul Fitri ini untuk mempersiapkan persalinanku disana. Karena kondisiku perlu bantuan medis yang lebih baik mengingat aku sebelumnya pernah masuk rumah sakit karena uterus kontraksi. Bingung ya, mengapa di usia kehamilan muda aku mengalami kontraksi? Padahal biasanya hal itu sering terjadi pada 7 bulanan ke atas. Perlu sedikit info untuk para bunda, sebenarnya bunda hamil itu wajar mengalami itu. Tapi tidak dengan dalam waktu yang sebentar-sebentar (dalam arti tiap menit muncul). Perlu waspada!. Kondisiku saat itu juga tidak mengalami pendarahan. Jadi aku mengira itu semuanya normal. Ternyata tidak!. Aku sedang sakit waktu itu dan semuanya berjalan begitu cepat. Sampai-sampai aku tidak akan mungkin melupakan pengalamanku ini. Penasaran? Tetaplah di ceritaku.
Bunda, Seingatku  hari itu hari senin. Tanggal 25 Juli 2011. Aku ikut ke kantor Abi di Sedadap. Kira-kira 12 km dari rumah kami yang berada di pusat kota Nunukan. Perjalanan yang lumayan jauh itu kami lakukan dengan mengendarai motor. Jalanan di sekitaran wilayah itu memang banyak gundukan aspal (tidak begitu rata). Kecepatan motor Abi juga tidak begitu cepat. Hanya saja aku bonceng dengan posisi ibu-ibu dengan duduk miring karena aku sedang mengenakan baju terusan sampai kaki. Sepulangnya dari sana aku mulai sakit pinggang. Karena kupikir itu normal, aku terus melanjutkan aktivitas dapur di rumah. Keesokan harinya aku masih belum ada perubahan. Masih lemas kecapaian karena perjalanan kemarin. Melihat kondisi itu, Abi menyuruhku tidak bekerja dulu sampai aku benar-benar pulih. Aku mengiyakan. Malamnya kami langsung mencari Bidan lain karena ku sms Bidanku dia sedang tidak ada di klinik. Bidan itu memeriksa denyut jantung bayiku dan mengatakan dia sehat (tidak apa-apa). Lalu memberikanku obat penahan nyeri untuk satu hari saja karena mengingat aku tidak boleh banyak mengkonsumsi obat. Hari selanjutnya  aku memilih lebih banyak berada di tempat tidur daripada duduk. Abi masih siaga terus mengontrolku dengan selalu pulang pada siang hari sambil memberikanku makan dan terus kembali lagi ke kantornya. Maklum, aku dan Abi hanya tinggal berdua saja. Karena penasaran aku menelepon kakak-kakakku untuk menanyakan mengapa kondisiku begini. Mereka mengatakan hal itu juga pernah mereka alami saat hamil dan itu normal-normal saja. Ku telepon Mama, Hpnya tidak aktif. Aku tunggu saja sampai suamiku pulang.
Ummi Farah di RSU Nunukan
Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku sakit. Sakit sekali. Perutku terus menegang. Berputar-putar bergelombang dan serasa terus mulas. Aku juga tidak bisa baring ke kiri atau ke kanan. Kata Abi, malam itu aku mengigau memanggil nama Mama. Rasa kalut, takut dan bingung membuat Abi langsung menelpon Mama di Aceh. Mama kaget dan ribut menangis menyuruh  Abi segera membawaku ke rumah sakit. Tapi karena kondisiku yang tidak bisa duduk di motor dan rumah sakit berada sangat jauh, kami menunggu sampai pagi. Paginya dengan bantuan teman, kami diantar ke klinik Bidanku, eh ternyata masih tutup. Lalu ke praktek dokter di Nunukan, eh tutup juga. Akhirnya aku dilarikan ke puskesmas dan dimasukkan ke unit gawat darurat. Lama juga aku disana. Mereka menanyakan apa aku mau segera ke atas (rumah sakit yang berada di sekitaran pegunungan) atau menunggu dokter praktek jam 6 sore?  Oh, tidak bisa!!. Aku dan bayiku sedang sekarat. Aku tegas minta diantarkan segera ke atas. Alhamdulilah, setelah menunggu 2 jam akhirnya aku dilarikan segera dengan ambulans menuju rumah sakit. Aku sadar saat itu. Aku masih terasa sekali saat ambulans berjalan asal di jalan bebatuan. Jadi bertambah sakit bukan main. Menangis saja yang bisa kulakukan sambil terus berdoa untuk bayiku, “Yang kuat ya Nak, Ummi mau dedek kuat. Ya Allah Ya Rabbi, selamatkan kami”. Terus dan terus berzikir menghembus-hembus nafas agar oksigenku lebih banyak ke bayiku. Kulihat gerakan bayiku melemah. Bahkan tidak ada gerakan lagi. Aku sudah pasrah saja saat itu. Kudengar sirine ambulans berbunyi keras memberi tanda kami sudah sampai. Begitu sampai aku langsung diturunkan cepat, dimasukkan ke UGD dan segera ditangani. Yang kulihat saat itu hanya perawat-perawat dan seorang bidan yang sibuk memasangkan infus, oksigen dan menyuntikkanku penguat rahim. Terus aku dilarikan lagi ke ruangan kandungan. Disitulah aku melihat dokter kandungannya ada. Dengan melihat perutku saja dia sudah mengatakan pada perawat dan bidannya, “Uterus kontraksi!!”. Dia menjelaskan kepada bidannya, kalau bayiku berkeinginan prematur besar sekali. Aku ketakutan. Dokter itu lalu memerintahkan mereka dengan bahasa medisnya. Cepat-cepat mereka mengikuti perintahnya. Kulihat mereka menyuntikkan obat lagi ke dalam selang infusku. Alhamdulillah dengan bantuan medis mereka,  kami akhirnya selamat. Denyut jantung bayiku kembali ada walaupun masih kondisi lemah. Kasihan Abi, dia sibuk bolak-balik mengurus administrasiku. Tapi dia terus menemaniku sambil mengelus-elus kepalaku. Mengingatku untuk terus berzikir. Setidaknya beban dihatiku sedikit berkurang karenanya. Setelah itu aku masuk ke kamar sebagai pasien rumah sakit itu.
Bunda... Malam itu, aku memimpikan bayiku. Bagitu banyak bayi-bayi terbang di atas kepalaku. Kugapai tangan-tangan mereka tidak ada satupun yang kudapat. Dengan ligat dan berusaha keras, aku mendapatkan seorang bayi mungil. Dia tidak mengenakan baju. Kasihan, aku langsung memeluknya. Kuciumi keningnya. Kudekap di pangkuanku erat-erat. Sesaat  itu aku sadar dan menjerit menangis teriak-teriak sambil menggenggam tangan Abi. Abi menenangkanku dan mengatakan itu pertanda aku masih bersama bayiku. Aku pun tenang dan tertidur kembali pulas...
RSU Nunukan

Bunda, 3 hari disana aku baru bisa menggerakkan kakiku. Setelah 4 hari, aku sudah bisa duduk. Aku berangsur-angsur pulih. Melihat kondisiku akhirnya aku diizinkan dokter untuk pulang ke rumah. Hari itu tanggal 31 Juli 2011. Kalau orang Aceh saat itu sedang ada acara penyambutan puasa. Namanya Meugang. Karena besoknya sudah mulai masuk 1 Ramadhan. Ku sms Mama, kubilang “Mama... Masak daging ya? Farah enggak...”. Terus terang aku sedih sekali. Hmm, Bunda tau gak apa jawaban Mama? Mama bilang, “Mama gak Meugang nak... Mama teringat Farah”.
Sungguh benar-benar dilema. Benar-benar dalam ujian Allah. Alhamdulillah kami masih bisa melaluinya. Maha Besar Allah yang telah Menciptakan dan Menghidupkan Makhluknya. Engkaulah yang telah memberikanku amanah ini. Alhamdulillah aku masih dipercayakan untuk bersama bayiku. Thanks to Allah.
Salam dariku yang jauh di Nunukan.

Senin, 22 Agustus 2011

ACEH~NUNUKAN



Pulau Nunukan
Assalamu'alaikum Wr Wb..

Dear Teman!!

Saleum lon dari Nanggroe.
Yang sekarang sedang berada jauh di Nunukan. Rasa sepi ini terkadang membuatku semangat bercerita banyak. Kumulai dengan "Bismillah" dan mohon maklum yaaah... Aku sedang belajar... :)





hUaaa....!

Aku di Nunukan sekarang. Benar-benar pengalaman baru untuk dapat tinggal disini. Jauh dari orang tua dan teman-teman. Jadi teringat perjalanan dulu. Dari Aceh butuh 6 jam untuk sampai disini. Belum lagi nyambung naek kapal laut 3 jam untuk sampai ke Nunukan (Maklum barang bawaanku buaanyak!). Padahal kalau naek pesawat bisa juga. Tapi gak mungkin. Mana ongkosnya??.
Pelabuhan di Nunukan

Eh, berarti sudah 5 bulan ya aku tinggal disini?. Masih belum ada perubahan. Gak ada teman. Tetangga cuek. Saudara jauuh. Hiks, sedih that hatee... :(

Hmm... tapi gak masalah. Yang penting ada si Tuan “Suamiku Tercinta”. Yang selalu menemani kesendirianku disini. Rasa kangen kampung pun terobati. Terus berusaha dan berdoa. Insyaallah Allah akan terus menjaga kami disini. Amin.

Indahnya Senja di Nunukan

Salam dariku yang jauh di Nunukan.