Jumat, 16 November 2012

Buah Lei

Ini dia buah Lei!!!

Mirip dengan durian

kecil-kecil, berduri, harum walaupun tidak sebanding dengan durian.
Isi dagingnya orange. lucu...
Karena baru ketemu...hooohooho...
mumpung ada maem ajaaa.... enaaaak!!!






Senin, 12 November 2012

Ikan Goreng Isi Bungkus Pandan (Spesial untuk Abi)


Ini adalah salah satu resep spesial keluargaku. suamiku orang Sunda, gak nyangka beliau suka sekali mencoba masakan dari Aceh. Hanya saja perbedaannya disini, aku tidak menggunakan asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan dengan garam) karena suamiku belum terbiasa.

Buat para umi di rumah.... coba deh praktek resep istimewa ku. Bahannya mudah, simpel, rasanya enak dan ingin mencoba lain dari yang lain, hmmm... silahkan, mari dicoba!!
Ikan Goreng Isi Bungkus Pandan

Bahan dasar :
Ikan tongkol sedang 4 ekor
Daun pandan yang besar 4 lembar

Bahan bumbu :
Cabe rawit 7 buah
Cabe merah 10 buah
Bawang merah 5 siung
Bawang putih 1 siung
Tomat hijau 1 buah atau sunti 5 buah
Jahe sedikit
Garam, gula secukupnya dan masako (boleh tidak gunakan).

Cara membuatnya :
Ikan tongkol dibersihkan lalu dibelah dari sisi punggungnya. Ingat yah jangan dari perutnya tapi dari bagian belakangnya. Belah 2 sisi. Di cuci lalu beri garam dan jeruk nipis.
Bahan bumbu di haluskan, dibumbui terus dengan garam dan masako secukupnya. Lalu isi ke punggung ikan lalu ikat dengan pandan. Fungsinya biar bahan bumbu tidak keluarg saat digoreng dan harum masakannya.
Goreng dengan minyak secukupnya. Tunggu kering dan angkat.
Oia, bumbu yang lebih jangan dibuang ya, mubazir...
Tumis dengan minyak sedikit ya. Lalu siramkan pada ikan goreng tadi. Sajikan di piring cantik. Selamat mencoba!!
  


ChiMa...

Hmm... jalan-jalan ke kota
nyari sarung bantal eh dapatnya chima
langsung dari korea lho
jd lucu-lucu modelnya

hohoohoho... boroooong!!!
buat oleh-oleh....

*chima itu bawahannya jaegori
itu lho hanbok (baju tradisional korea)


Chima Dewasa

Chima Anak-anak



Chima Dewasa


Chima Anak-anak



Chima Anak-anak


Chima Anak-anak
Chima Anak-anak

Minggu, 11 November 2012

lon leubeh lagak and seksi..... thaaam??

(tanyoeng lam hatee)
gagaaah???

(*beurayeuk su)
lon leubeh lagak and seksiii...!!
peujeut meunan?
hom, bek droen tanyoeng bak lon

(*hai peu-ubit bacut su)
ooo... kiban-kiban?
ooo... meu-en.....
kajeut meunan...
lon meu-en cit jinoe...


5 detik kemudian
(*rayeuk su)
lon khaa!!!
leubeh that kha...
lon seumeurah, rah pingan, tiiiik bu beungoh oh trok seupot (cak oneng!! peugah haba aceh gasa)
la-en lom!!
lon pileh bajee keurija
peue!!
kajeuet meunan... *peh batee

(*malee malee peugah nyoe)
hom laaah... han ek takheem... 
cit lagee nyoe meunyoe esmosi...
jinoe lon hawa that woe gampong... 

(*rayeuk su)
maaaak!!! sabaaa luah lampoh maaaak.....
hoe lon mita ngon bak uteun nyoe

hmm.... hai cutpo ngon blog lon....
kiban lon nyoe?
peujeut meunan lon tuleh nyang kon kon bak blog lon nyoe
hom haaai....
nan jih esmosi...

siat teuk ka puleh... beurayeuk saba!!!

(*ka teunang, hana esmosi le)
alhamdulillah ka glah
tengkyu ngon
lon meujak sagun ilee
@____@

Senin, 28 Mei 2012

Kembali juga akhirnya (Kisah kedua Perjalanan ke Nunukan)




    Awalnya aku ragu karena keputusan ini begitu baik kususun sebelumnya. Aku akan kembali bersamanya Juni ini. Mengadakan acara di Majalengka dengan keluarga dari Aceh yang siap mengantar. Bersama-sama berangan-angan ikut suami pergi ke kebun arbei,  berbelanja bakal baju bersama mama dan mencari bunga kesayangannya dan menikmati sepiring nasi tutug oncom bersama papa yang dibakar dan dibungkus daun pisang di pematang kampung mertuaku. Ternyata keputusan itu diluar kehendak kami. Allah telah memberikan rencana lain. Tidak ada antaran. Tidak ada acara di Majalengka. Tidak ada jalan-jalan sama sekali. Hanya ada aku, anakku dan suamiku. Akhirnya kembalilah aku kesini membawanya. Sulthan puteraku yang masih berumur 5 bulan.
    Hari itu seperti terbangun dari mimpi. Sebelum shubuh bersiap-siap berangkat ke bandara dengan terburu-buru. Mama yang tak berhenti menangis enggan melepaskan cucu kesayangannya Faaris. Cium dan peluk erat berulang-ulang sampai direlakannya kami pergi. Masih teringat dihati ini, mama begitu risau. Sampai aku terbangun sudah berada di Jakarta menaiki bus bandara sebuah maskapai yang  justru aku benci mengingatnya. Aku tidak kebagian tempat duduk. Aku dengan gendongan anakku tergoyang-goyang nyaris jatuh. Gara-gara yang lain sibuk melemaskan badan ke arahku. Aku pun memasang teriakan meminta tolong tapi siapa yang mau tahu. Semua urus dirinya sendiri. Bukan urusan orang-orang yang melihatku dengan bayi dalam keadaan berdiri. Aku masih ingat suamiku terduduk di lantai dengan kaki terlipat sebelah karena cepat-cepat menyambut bayiku yang hampir jatuh denganku. Benar-benar menjengkelkan orang-orang yang memandangku. Apa mereka tidak tahu aku mendoakan mereka?? Astaghfirullah...
      Tiba di Jakarta jam 10, berangkat lagi jam 14.00, untung saja dalam 5 menit waktu berangkat anakku sudah minta ganti diapers karena pup. Berarti sekarang bayiku sudah mulai fresh kembali siap berangkat menuju bandara Sepinggan di Balik Papan. Belum berakhir juga. Sesampainya di Balik Papan, kami harus menunggu setengah jam lagi di pesawat untuk penerbangan selanjutnya menuju Tarakan. Berarti ada sejam lagi perjalanan kami. Kalau ditotal ada 6 jam lebih bayiku terbang. Jam 7 malam, kalau di Aceh masih jam 6 sore akhirnya kami sampai di bandara Juwita. Turun tunggu bagasi, naik taksi cari penginapan. Mungkin karena liburan, penginapan pada penuh semua. Sampai mau tidak mau kami mengambil kamar single, ada televisi dan AC juga. Faaris sudah terbiasa dingin sejak lahir. Alhamdulillah kami bisa istirahat, walaupun malamnya Faaris ribut rewel menangis seiya-iyanya kelelahan di perjalanan. Sepertinya kontak bathin dengan neneknya di Aceh. Suasananya berbeda. Lama juga baikannya. Begitu minum obat, Faaris akhirnya dapat tidur pulas. Alhamdulillah semua dapat diatasi karena aku sekarang sudah tidak sendiri lagi. Ada suami tercinta yang menemani kami dan semoga aku terus seperti ini.
      Keesokan harinya kami sudah di pelabuhan. Tidak naik pesawat lagi. Karena bagasi kami sangat banyak. Pesawat kecil hanya menerima 10kg/penumpang. Kalau kelebihan bagaimana ya?  Tidak sangguplah... biayanya besar. Masih banyak yang harus kami persiapkan. Selama 3 jam perjalanan kami menyeberangi lautan. Mulai dari melewati pulau-pulau, sampai beberapa kali bertemu dengan speedboat kecil-kecil lainnya. Bahkan nelayan juga banyak yang mencari ikan. Ada juga yang sibuk melihat rumput lautnya. Disini kapal, perahu banyak sekali. Akhirnya, 3 jam berlalu. Faaris juga Alhamdulillah sangat kooperatif. Menikmati sekali perjalanannya dengan bobok pulas. Sekarang saatnya turun. Kami mengambil tempat pemberhentian di Sedadap. Wilayah kantor dan rumahnya kami. Kalau teman-teman di Aceh, bolehlah bayangkan seperti kota Jantho. Cuma bedanya disini daerah pesisir dekat laut. Ayo coba bayangkan jadi diriku!! Abi, suamiku tangannya penuh dengan barang bawaan kami. Sedangkan aku cukup diberi tanggung jawab memegang Faaris. Sambil ikut langkah suamiku dengan gendongan pemberian Cutkak Tie, tangan kiri pegang erat-erat bayiku Faaris, tangan kananku pegang erat-erat perahu selangkah-selangkah sampai kira-kira dapat tangga. Hmm... jalan-jalan dipinggir kapal menyeberangi perahu yang satunya lagi itu yang paling menakutkan. “Yang ini boleh dipijak?”, tanyaku penasaran. “Jangan! Yang ini”, jawab orang yang sama sekali aku tidak melihat mukanya dengan logat Papuanya. Mataku sibuk melihat langkah kemana harus berjalan. Wajar tak melihatnya. Bagaimana? Mau nangis ya janganlah. Mau menjerit ya jangan juga. Mau ketawa, ya itu juga jangan. Ya akhirnya jalan aja. Yang lihat ramai. Tapi mana bisa dibantu, mau tidak mau harus sendiri. Paling diingatkan saja, “Hati-hati bu... “, wkwkwk....  Hmm,,, baiklah saudara-saudara. Inilah Kalimantan kalau ikutkan jalan laut. Resiko kami. Apalagi aku tidak mau bayiku dipegang orang lain. Ini pulau orang!! Hilang anak bisa gila aku... Akhirnya mimpi buruk selesai. Sekarang bisa duduk santai sambil blog sama si Faaris. Jangan terlalu dimasukkan dalam hati cerita ini, kami baik-baik saja disini. Mama, Papa, keluarga dan teman-teman mohon doanya terus...  biar suamiku segera dimutasikan dari sini... 

Jumat, 06 April 2012

Gulai Kepiting Manis (Bieng Mameh Umi)


 
Resep ini adalah makanan favorit keluarga. Hmm, bayangkan aja kalau sudah masuk musim kepiting. Apalagi dapat kepiting yang berisi banyak telurnya. Huaa… pasti manis kuahnya dan nikmat… :P
Ayo, umi-umi buruan masak buat keluarga!!

Bahan :
5 kepiting besar
Kacang panjang potong panjang
Bawang merah rajang

Bumbu halus :
5 siung bawang merah
1 siung bawang putih
5 cabang merah
3 cabai rawit (tergantung selera)
3 buah sunti
3 sdm kelapa gongseng
Jahe
1 sdm ketumbar gongseng
1 sdm ketumbar mentah
1 sdm cabai kering
Seikat daun temurui
Sereh
Santan

Cara Membuatnya :
1. Sebelum menghidupkan kompor. Kepiting dibelah menjadi dua bagian tanpa melepaskan tempurungnya (biar kelihatan manis) lalu digarami. Masukkan ke wajan aduk dengan kelapa gongseng, ketumbar mentah, ketumbar halus dan cabai kering.
2. Masukkan bumbu halus
3. Letakkan wajan dikompor gas lalu masak kepitingnya sambil di aduk.
4. Setelah warna kepiting sudah cantik dan mengeluarkan minyak, baru masukkan santan dan kacang panjang.
5. Tunggu sampai matang

Selamat menikmati… J

Rabu, 29 Februari 2012

Hiburlah dirimu dengan BERSABAR


Nabi SAW bersabda :

“Bahwasanya dimukamu kelak ada semacam jalan di atas bukit yang tidak mungkin dijalani oleh mereka yang berbeban berat, kecuali penuh kesulitan luar biasa, jalan itu adalah yang diderita setelah mati, dari kubur, hisab, shirath dan mizan. Siapa mengetahui secara yakin dengan terjadinya perkara-perkara ini, pasti beban beratnya dikurangi dengan amal taat kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya, serta mengurangi citra harta benda. Sebab dengan demikian, maka tercapailah tingkat teratas dan tambahnya pahala”.

Perhatikanlah juga hadist dari Anas ra, sabdanya: “Para fuqara menyuruh salah satu utusan untuk menghadap Rasul SAW. Iapun berkata: “Ya Rasul, kedatanganku kesini adalah membawa misi/tuntutan kawan-kawan orang fakir”, lalu iapun disambut dengan keramahan oleh beliau SAW., sabdanya: “Selamat datang berjumpa denganmu dan mereka yang telah menyuruhmu, serta kedatanganmu dari mereka yang dicintai oleh Allah SWT. Ia pun mulailah menyampaikan tuntutan mereka dengan katanya: “Ya Rasul, orang-orang fakir telah berkata: “Bahwa orang-orang kaya itu telah menggondol kebaikan seluruhnya, mereka mampu menunaikan ibadah haji, sedang kami tidak, mereka dapat membebaskan budak, sedang kami tidak, mereka dapat bersedekah, sedang kami tidak, dan ketika sakit mereka suruh dengan kelebihan harta mereka sebagai tabungan”.

Maka Beliaupun bersabda: “Sampaikan dariku untuk kawan-kawanmu, bahwa: “Siapa diantaramu yang bersabar dan beriman penuh keikhlasan, baginya 3 perkara yang tidak dimiliki oleh orang-orang kaya, yaitu:

1.  Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang terbuat dari yakut/intan merah, para penghuni surga memandangnya seperti penduduk dunia memandang bintang-bintang, padahal yang dapat memasukinya hanyalah para Nabi, para pejuang yang mati syahid dan para mukmin yang fakir.
2.  Para mukmin yang fakir memasuki sorga, jauh sebelum mereka yang kaya terpaut setengah hari atau ±500 tahun masa dunia. Dan Nabi Sulaiman bin Daud as. Memasuki surga, jauh sesudah para Nabi terpaut 40 tahun, akibat kerajaan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya.
3.  Ketika orang fakir membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, maka ia memperoleh sesuatu yang diperoleh orang-orang kaya, sekalipun membelanjakan 10.000 dirham, demikian pula amal-amal baik seluruhnya.

Kemudian pulanglah utusan para fuqara itu kepada kawan-kawannya dan menyampaikan kabar gembira dari Rasul SAW. Sahut mereka: “Kami telah lega/ridho ya Allah”. (TAMBIHUL GHAFILIN)

  “Maha Suci Allah dan untuk-Nya pujian. Dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung”

 “Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar”.



Senin, 13 Februari 2012

Untuk ABI

Bismillahirrahhmanirrahimm ... Assalamu’alaikum
Ayat pertama? SubhanaAllah. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah UNTUK SEGALANYA.
Semoga ALLAH senantiasa menjagamu


Bagaimana perasaanku sekarang?
Jika setiap pagi melihat suamiku, setiap berjalan menuju kantor
Dirinya merasa gundah?
Karena keluhan yang baru kulakukan semalam
Sekotak susu yang belum terbeli karena uang bulananku habis

Tangguhkan dirimu sayang?
Berusaha membuatku tersenyum, meyakinkanku dengan ucapanmu
“Iya, nanti Abi belikan ya?”
Sementara dihatimu beban itu seperti menopang batu besar
Semakin menjerat dengan iba terhadap rengekanku
Meminta gamis baru untuk hari raya

Bisa tidur gaak bi?
Saat aku menelpon beras hampir habis
Sementara bulan ini gajimu terpotong banyak sekali
Untuk bayaran rumah, listrik dan uang air

Bertambahkah gundahmu sayang?
Mencoba menenangkan hatiku
“InsyaAllah sayang kita pulang”
Saat aku diopname karena lemahnya kondisiku
sementara kita tak mampu seberang pulau untuk memeriksakan kehamilanku?

Semakin beratkah langkahmu?
Saat harapan pulang ke kampung untuk membawaku
Semakin menipis karena tagihan sana sini
Mengagetkanmu meminta harus segera dilunaskan

Keluarkah air matamu sayang?
Uang dikantong tak ada
Saat mendengar jeritanku
Dirimu memohon bersujud-sujud kepada Allah
agar segera bisa pulang karena bayiku hampir lahir

Nyamankah perjalananmu abi?
Saat tiket sudah ditangan
Sebuah sms memintamu mengembalikan segera bayarannya

Batu-batu itu berjatuhan terus menerus
Akan tetapi dirimu tetap sabar menggenggam gundahmu
Membawa kembali ke rumah
Mengadukannya ke Allah
Hingga tuntas satu persatu

Akhirnya,
Alhamdulillah yaa Abi
Semua lepas
Sekarang semua telah selesai beres
karena dukungan dan kasih sayangmu

Semoga kita akan selalu tetap istiqomah
Senantiasa berdoa yang terbaik kepada-Nya untuk perjalanan hidup di dunia selanjutnya
Bersama buah hati tercinta

Rabu, 08 Februari 2012

Favorit Food Abi and Ummi

Tuna Isi Sunti Ummi
Gurami Asam Manis Abi




Donat Bulat Ummi
Capcai Manis Abi


Ayam Genit Ummi
Sate Ayam Abi

Minggu, 05 Februari 2012

Seulayang lon... Pat droen jinoe??


Pukul 05.15 WIB, kami tiba di bandara Sultan Iskandar Muda. Kulihat Abi terburu-buru masuk ke ruangan besar itu dengan menunjukkan tiketnya kepada petugas disana. Langkahnya begitu cepat karena waktu check-in tinggal 15 menit lagi. Padahal tadi sudah diusahakannya bangun cepat. Akan tetapi niatnya diurung sesaat karena sibuk bercengkerama dengan bayi kami yang baru lahir. “Ummi... bagaimana perasaan Abi nanti disana?”, katanya dengan rawut wajah memelas tak tega akan meninggalkan kami di Aceh. Memang kalimantan itu sangatlah jauh. Ongkos perjalanan juga besar. Tak urung dirinya terpaksa menghemat makannya karena ingin sekali mengunjungiku dan bayinya. Maklumlah sejak Desember yang lalu, sejak bayi kami lahir beliau belum melihatnya. Alhamdulillah semua telah berjalan lancar. Akhirnya aku berhasil mempertemukan bayiku dengan Abinya. Walaupun hanya seminggu saja. Walaupun akhirnya aku merasakan kembali perasaan ini. Ditinggal lagi dalam waktu yang cukup lama.
“Jangan terburu-buru hai dek”, kata Cut Ti. “Kasian bayi masih terlalu kecil. Dia tidak akan mampu melakukan perjalanan kesana. Kasihan kupingnya”, sambungnya lagi sambil mengulurkan tangannya mengambil alih menggendong bayiku dengan lembut. Apakah aku begitu egois membiarkan niatku ini? Ah, entahlah. Aku sendiri masih sangat bingung. Hatiku benar-benar terbelah dua. Anakku? Atau suamiku? Satu disini? Satu disana? Kugelengkan kepala untuk jangan mengingat ini lagi. Semoga semuanya akan kembali seperti semula. Aamiin.
Setelah proses check-in selesai, Abi kembali menjumpaiku. Menyalami, mencium dan mendoakanku di kening. Matanya terus memandangiku, memberi semangat mengingatkan kalau Allah SWT akan segera mempertemukan kami lagi. “Pulanglah”, katanya. Kubendung perasaan ini, kutahan tangisan ini. Papa langsung menggandengku membalikkan badanku untuk segera pulang. “Ayo nak, sudah hampir adzan shubuh”, katanya. Langit masih gelap. Kuikuti langkah Papa menuju parkiran. Hujan rintik membasahi jalanan yang kami lalui. Udara pun masih terasa sangat dingin. Kubuka tas, dari pesan di HP tertulis bahwa dirinya sudah berada dalam pesawat dan meminta doaku semoga sampai dengan selamat. InsyaAllah yang akan datang akan berkumpul kembali sekeluarga dan tak akan terpisahkan lagi. “Sampai bertemu lagi sayang, kami akan selalu merindukanmu”.

Dariku yang jauh di Nanggroe.

Kamis, 26 Januari 2012

Dear Diary

Bagaimana besok? Rasanya cepat sekali berjalan waktu. Takut merasakan hal yang samakah?. Ditinggal dan menyendiri. Walaupun sekarang keadaannya berbeda. Sudah mempunyai teman baru lagi.

Tak pernah terbayang sebelumnya, memulai lagi dari awal. Bersiap-siap menerima apa yang terjadi selanjutnya. Karena sebenarnya jarak begitu jauh, waktupun berbeda, bahkan rawut wajah pun tak nampak. Bahkan menjaganya saja tak bisa.

Menyesal sekali? Iya, rasa itu begitu besar terasa. Perubahan itu bahkan lebih besar dari sebelumnya. Lemas, terduduk, berdiri kaku, jantung berdebar, tak sanggup rasanya. Seandainya saja tak melihatnya, mungkin semua akan baik-baik saja. Bagaimana selanjutnya? Apakah akan menjadi batu yang tak mendengar, tak melihat, bahkan tak berperasaan? Mengetahui sesuatu yang dijaga baik-baik sungguh sangat menyedihkan. Berdiripun tak mampu karena sebenarnya terasa begitu sangat menyesal. Apakah tidak cukup 6 bulan mengenalnya? Permata itu begitu indah dimata siapapun. Bahkan banyak diincar. Tapi mengapa masih belum terasa indah disini? Apa karena banyak yang salah menanggapinya. Apakah karena tak terjaga satu amanah saja?  

Ternyata, wangi itu belum tentu harum dimanapun. Dimanapun...

Sedih sekali, siapa yang bisa menghiburku? Mengapa diri ini masih belum bisa ikhlas? Sekarang apa yang dapat dikerjakan? Makan tak enak, pikiran tak karuan, sesak, linglung, sempoyongan.
Ah, apa yang kupikirkan? Bukankah sebelumnya janji itu telah ada. Kalaupun ada yang meleset dari itu, tetaplah menutup mata menganggap masih terjaga rapi.

Kugali terus kugali tanah hitam basah untuk kutanamkan bunga-bunga sebagai penghiburku. Memisahkan anak-anak yang bisa kujadikan bibit bunga yang indah. Semoga nantinya akan bermekaran seindah hati yang kujaga untukmu sayang...
Kubasahkan tangan Sayyaaf buah hatiku. “Tanganmu kotor nak. Ayo sini Ummi bantu cucikan. Kita harus masuk, disini dingin sekali”. Kulirik sepintas rawut mungilnya, mulutnya terus ngerocos komat-kamit sambil tersenyum manis. Dari jendela kulihat hujan badai semakin deras, semoga besok masih bisa bertemu kembali denganmu.

Dariku yang jauh di Nanggroe...

Selasa, 24 Januari 2012

Kenangan Nunukan


Aku sekarang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta dengan pulau Nunukan. Jujur pertama kali tiba disini, aku begitu ingin pulang cepat-cepat ke kampung. Maklum, sudah lama aku gak berteman. Sudah lama juga gak nonton sinetron (kalau ada si Abi pasti langsung sahut,”huuu... kaco that si Ummi galak than keu sinetron”). Sudah lama juga gak ngobrol-ngobrol sama tetangga (kalau ada si Abi pasti langsung bilang, ”Heh.. mau ngapain tuh! Gosip ya... Astaghfirullah...”, sambil mengelus-ngelus dada). Sudah lama juga gak makan lontong sayur, buah Garuda, mie kepiting Lala, kue Timphan, martabak aceh, eungkot payeh, es cendol, kue seu-op dan laen-laen Hehehe...(Ummi langsung potong ya bi, bilang, “Jangan protes ya Bi. Bumiiiil.... wkwkwkwk”, sambil menutup bibir dengan ketawa terkekeh). Ya begitulah kira-kira.
Hmm, tapi begitu melihat hari di kalender. Waktu kebersamaan kami tinggal sedikit, aku malahan ingin berlama-lama disini. Biar bisa menemani si Abi mancing ikan di pelabuhan. Menikmati jagung bakar, burger, bakso urat, mie ayam hijau, lontong sayur sederhana. Masak sayur asam sama-sama dan lain-lain. Semoga Allah memudahkan mutasi Abi agar kami bisa kembali berkumpul sekeluarga. Amin, mohon doanya teman-teman. Kenangan-kenangan bersama Abi di Nunukan sungguh kurindukan...

Salam dariku yang jauh di Nunukan.