Rabu, 29 Februari 2012

Hiburlah dirimu dengan BERSABAR


Nabi SAW bersabda :

“Bahwasanya dimukamu kelak ada semacam jalan di atas bukit yang tidak mungkin dijalani oleh mereka yang berbeban berat, kecuali penuh kesulitan luar biasa, jalan itu adalah yang diderita setelah mati, dari kubur, hisab, shirath dan mizan. Siapa mengetahui secara yakin dengan terjadinya perkara-perkara ini, pasti beban beratnya dikurangi dengan amal taat kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya, serta mengurangi citra harta benda. Sebab dengan demikian, maka tercapailah tingkat teratas dan tambahnya pahala”.

Perhatikanlah juga hadist dari Anas ra, sabdanya: “Para fuqara menyuruh salah satu utusan untuk menghadap Rasul SAW. Iapun berkata: “Ya Rasul, kedatanganku kesini adalah membawa misi/tuntutan kawan-kawan orang fakir”, lalu iapun disambut dengan keramahan oleh beliau SAW., sabdanya: “Selamat datang berjumpa denganmu dan mereka yang telah menyuruhmu, serta kedatanganmu dari mereka yang dicintai oleh Allah SWT. Ia pun mulailah menyampaikan tuntutan mereka dengan katanya: “Ya Rasul, orang-orang fakir telah berkata: “Bahwa orang-orang kaya itu telah menggondol kebaikan seluruhnya, mereka mampu menunaikan ibadah haji, sedang kami tidak, mereka dapat membebaskan budak, sedang kami tidak, mereka dapat bersedekah, sedang kami tidak, dan ketika sakit mereka suruh dengan kelebihan harta mereka sebagai tabungan”.

Maka Beliaupun bersabda: “Sampaikan dariku untuk kawan-kawanmu, bahwa: “Siapa diantaramu yang bersabar dan beriman penuh keikhlasan, baginya 3 perkara yang tidak dimiliki oleh orang-orang kaya, yaitu:

1.  Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang terbuat dari yakut/intan merah, para penghuni surga memandangnya seperti penduduk dunia memandang bintang-bintang, padahal yang dapat memasukinya hanyalah para Nabi, para pejuang yang mati syahid dan para mukmin yang fakir.
2.  Para mukmin yang fakir memasuki sorga, jauh sebelum mereka yang kaya terpaut setengah hari atau ±500 tahun masa dunia. Dan Nabi Sulaiman bin Daud as. Memasuki surga, jauh sesudah para Nabi terpaut 40 tahun, akibat kerajaan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya.
3.  Ketika orang fakir membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, maka ia memperoleh sesuatu yang diperoleh orang-orang kaya, sekalipun membelanjakan 10.000 dirham, demikian pula amal-amal baik seluruhnya.

Kemudian pulanglah utusan para fuqara itu kepada kawan-kawannya dan menyampaikan kabar gembira dari Rasul SAW. Sahut mereka: “Kami telah lega/ridho ya Allah”. (TAMBIHUL GHAFILIN)

  “Maha Suci Allah dan untuk-Nya pujian. Dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung”

 “Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar”.



Senin, 13 Februari 2012

Untuk ABI

Bismillahirrahhmanirrahimm ... Assalamu’alaikum
Ayat pertama? SubhanaAllah. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah UNTUK SEGALANYA.
Semoga ALLAH senantiasa menjagamu


Bagaimana perasaanku sekarang?
Jika setiap pagi melihat suamiku, setiap berjalan menuju kantor
Dirinya merasa gundah?
Karena keluhan yang baru kulakukan semalam
Sekotak susu yang belum terbeli karena uang bulananku habis

Tangguhkan dirimu sayang?
Berusaha membuatku tersenyum, meyakinkanku dengan ucapanmu
“Iya, nanti Abi belikan ya?”
Sementara dihatimu beban itu seperti menopang batu besar
Semakin menjerat dengan iba terhadap rengekanku
Meminta gamis baru untuk hari raya

Bisa tidur gaak bi?
Saat aku menelpon beras hampir habis
Sementara bulan ini gajimu terpotong banyak sekali
Untuk bayaran rumah, listrik dan uang air

Bertambahkah gundahmu sayang?
Mencoba menenangkan hatiku
“InsyaAllah sayang kita pulang”
Saat aku diopname karena lemahnya kondisiku
sementara kita tak mampu seberang pulau untuk memeriksakan kehamilanku?

Semakin beratkah langkahmu?
Saat harapan pulang ke kampung untuk membawaku
Semakin menipis karena tagihan sana sini
Mengagetkanmu meminta harus segera dilunaskan

Keluarkah air matamu sayang?
Uang dikantong tak ada
Saat mendengar jeritanku
Dirimu memohon bersujud-sujud kepada Allah
agar segera bisa pulang karena bayiku hampir lahir

Nyamankah perjalananmu abi?
Saat tiket sudah ditangan
Sebuah sms memintamu mengembalikan segera bayarannya

Batu-batu itu berjatuhan terus menerus
Akan tetapi dirimu tetap sabar menggenggam gundahmu
Membawa kembali ke rumah
Mengadukannya ke Allah
Hingga tuntas satu persatu

Akhirnya,
Alhamdulillah yaa Abi
Semua lepas
Sekarang semua telah selesai beres
karena dukungan dan kasih sayangmu

Semoga kita akan selalu tetap istiqomah
Senantiasa berdoa yang terbaik kepada-Nya untuk perjalanan hidup di dunia selanjutnya
Bersama buah hati tercinta

Rabu, 08 Februari 2012

Favorit Food Abi and Ummi

Tuna Isi Sunti Ummi
Gurami Asam Manis Abi




Donat Bulat Ummi
Capcai Manis Abi


Ayam Genit Ummi
Sate Ayam Abi

Minggu, 05 Februari 2012

Seulayang lon... Pat droen jinoe??


Pukul 05.15 WIB, kami tiba di bandara Sultan Iskandar Muda. Kulihat Abi terburu-buru masuk ke ruangan besar itu dengan menunjukkan tiketnya kepada petugas disana. Langkahnya begitu cepat karena waktu check-in tinggal 15 menit lagi. Padahal tadi sudah diusahakannya bangun cepat. Akan tetapi niatnya diurung sesaat karena sibuk bercengkerama dengan bayi kami yang baru lahir. “Ummi... bagaimana perasaan Abi nanti disana?”, katanya dengan rawut wajah memelas tak tega akan meninggalkan kami di Aceh. Memang kalimantan itu sangatlah jauh. Ongkos perjalanan juga besar. Tak urung dirinya terpaksa menghemat makannya karena ingin sekali mengunjungiku dan bayinya. Maklumlah sejak Desember yang lalu, sejak bayi kami lahir beliau belum melihatnya. Alhamdulillah semua telah berjalan lancar. Akhirnya aku berhasil mempertemukan bayiku dengan Abinya. Walaupun hanya seminggu saja. Walaupun akhirnya aku merasakan kembali perasaan ini. Ditinggal lagi dalam waktu yang cukup lama.
“Jangan terburu-buru hai dek”, kata Cut Ti. “Kasian bayi masih terlalu kecil. Dia tidak akan mampu melakukan perjalanan kesana. Kasihan kupingnya”, sambungnya lagi sambil mengulurkan tangannya mengambil alih menggendong bayiku dengan lembut. Apakah aku begitu egois membiarkan niatku ini? Ah, entahlah. Aku sendiri masih sangat bingung. Hatiku benar-benar terbelah dua. Anakku? Atau suamiku? Satu disini? Satu disana? Kugelengkan kepala untuk jangan mengingat ini lagi. Semoga semuanya akan kembali seperti semula. Aamiin.
Setelah proses check-in selesai, Abi kembali menjumpaiku. Menyalami, mencium dan mendoakanku di kening. Matanya terus memandangiku, memberi semangat mengingatkan kalau Allah SWT akan segera mempertemukan kami lagi. “Pulanglah”, katanya. Kubendung perasaan ini, kutahan tangisan ini. Papa langsung menggandengku membalikkan badanku untuk segera pulang. “Ayo nak, sudah hampir adzan shubuh”, katanya. Langit masih gelap. Kuikuti langkah Papa menuju parkiran. Hujan rintik membasahi jalanan yang kami lalui. Udara pun masih terasa sangat dingin. Kubuka tas, dari pesan di HP tertulis bahwa dirinya sudah berada dalam pesawat dan meminta doaku semoga sampai dengan selamat. InsyaAllah yang akan datang akan berkumpul kembali sekeluarga dan tak akan terpisahkan lagi. “Sampai bertemu lagi sayang, kami akan selalu merindukanmu”.

Dariku yang jauh di Nanggroe.