Kamis, 26 Januari 2012

Dear Diary

Bagaimana besok? Rasanya cepat sekali berjalan waktu. Takut merasakan hal yang samakah?. Ditinggal dan menyendiri. Walaupun sekarang keadaannya berbeda. Sudah mempunyai teman baru lagi.

Tak pernah terbayang sebelumnya, memulai lagi dari awal. Bersiap-siap menerima apa yang terjadi selanjutnya. Karena sebenarnya jarak begitu jauh, waktupun berbeda, bahkan rawut wajah pun tak nampak. Bahkan menjaganya saja tak bisa.

Menyesal sekali? Iya, rasa itu begitu besar terasa. Perubahan itu bahkan lebih besar dari sebelumnya. Lemas, terduduk, berdiri kaku, jantung berdebar, tak sanggup rasanya. Seandainya saja tak melihatnya, mungkin semua akan baik-baik saja. Bagaimana selanjutnya? Apakah akan menjadi batu yang tak mendengar, tak melihat, bahkan tak berperasaan? Mengetahui sesuatu yang dijaga baik-baik sungguh sangat menyedihkan. Berdiripun tak mampu karena sebenarnya terasa begitu sangat menyesal. Apakah tidak cukup 6 bulan mengenalnya? Permata itu begitu indah dimata siapapun. Bahkan banyak diincar. Tapi mengapa masih belum terasa indah disini? Apa karena banyak yang salah menanggapinya. Apakah karena tak terjaga satu amanah saja?  

Ternyata, wangi itu belum tentu harum dimanapun. Dimanapun...

Sedih sekali, siapa yang bisa menghiburku? Mengapa diri ini masih belum bisa ikhlas? Sekarang apa yang dapat dikerjakan? Makan tak enak, pikiran tak karuan, sesak, linglung, sempoyongan.
Ah, apa yang kupikirkan? Bukankah sebelumnya janji itu telah ada. Kalaupun ada yang meleset dari itu, tetaplah menutup mata menganggap masih terjaga rapi.

Kugali terus kugali tanah hitam basah untuk kutanamkan bunga-bunga sebagai penghiburku. Memisahkan anak-anak yang bisa kujadikan bibit bunga yang indah. Semoga nantinya akan bermekaran seindah hati yang kujaga untukmu sayang...
Kubasahkan tangan Sayyaaf buah hatiku. “Tanganmu kotor nak. Ayo sini Ummi bantu cucikan. Kita harus masuk, disini dingin sekali”. Kulirik sepintas rawut mungilnya, mulutnya terus ngerocos komat-kamit sambil tersenyum manis. Dari jendela kulihat hujan badai semakin deras, semoga besok masih bisa bertemu kembali denganmu.

Dariku yang jauh di Nanggroe...

Selasa, 24 Januari 2012

Kenangan Nunukan


Aku sekarang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta dengan pulau Nunukan. Jujur pertama kali tiba disini, aku begitu ingin pulang cepat-cepat ke kampung. Maklum, sudah lama aku gak berteman. Sudah lama juga gak nonton sinetron (kalau ada si Abi pasti langsung sahut,”huuu... kaco that si Ummi galak than keu sinetron”). Sudah lama juga gak ngobrol-ngobrol sama tetangga (kalau ada si Abi pasti langsung bilang, ”Heh.. mau ngapain tuh! Gosip ya... Astaghfirullah...”, sambil mengelus-ngelus dada). Sudah lama juga gak makan lontong sayur, buah Garuda, mie kepiting Lala, kue Timphan, martabak aceh, eungkot payeh, es cendol, kue seu-op dan laen-laen Hehehe...(Ummi langsung potong ya bi, bilang, “Jangan protes ya Bi. Bumiiiil.... wkwkwkwk”, sambil menutup bibir dengan ketawa terkekeh). Ya begitulah kira-kira.
Hmm, tapi begitu melihat hari di kalender. Waktu kebersamaan kami tinggal sedikit, aku malahan ingin berlama-lama disini. Biar bisa menemani si Abi mancing ikan di pelabuhan. Menikmati jagung bakar, burger, bakso urat, mie ayam hijau, lontong sayur sederhana. Masak sayur asam sama-sama dan lain-lain. Semoga Allah memudahkan mutasi Abi agar kami bisa kembali berkumpul sekeluarga. Amin, mohon doanya teman-teman. Kenangan-kenangan bersama Abi di Nunukan sungguh kurindukan...

Salam dariku yang jauh di Nunukan.