Jumat, 30 Desember 2011

“Aku Ingin Mempertemukannya dengan Buah Hatiku”

Rindu... Betapa hatiku rindu...
Karena kau pergi jauh...

Suamiku “Abu Sayyaaf”
Alhamdulillah berkat doamu, bayi kita sudah lahir. Keadaannya InsyaAllah sehat lahir dan bathin. Sulthan Sayyaaf AlFaarisi, nama titipan yang sudah jauh hari dirimu persiapkan, sudah ummi cantumkan di surat tanda kelahirannya. Seandainya saat lahiran ada Abi disamping, mungkin akan menjadi kenangan yang terindah buat kami. Namun nyatanya, kita masih belum mampu mencegah kehendak Allah SWT. Yang ummi rasakan saat itu, Abi masih terpaku sibuk beribadah mendoakanku dan bayiku yang jauh di Nanggroe.
Ah, itu tidaklah penting!
Doamu adalah lebih dari segalanya. Buktinya kami selamat! Yang terpenting juga ada Kakak, Papa dan Mama yang selalu menemani, melihat dan terus memantau keadaanku.
Masih teringat hari itu adalah hari Rabu. Hari terakhir aku mengontrol kondisi bayiku di rumah sakit yang sama. Dokter menyarankan aku mengkonsumsi eskrim dan coklat karena berat bayiku belum memenuhi standar. Hanya 2,2kg!. Cepat-cepat pulang ke swalayan beli eskrim, air tahu dan lain-lain. Eh belum juga habis eskrimnya, gak nyangka ya? Malamnya aku kembali untuk lahiran... heeJ
Dan terbukti, kuasa Allah adalah segalanya. Tidak ada yang mampu memprediksi keadaan bayiku sebenarnya. Walaupun sudah 4 dokter kukunjungi, dengan hasil USG yang tidak berjauhan, nyatanya dedek Faaris lumayan besar. 3,1kg!! Dengan panjang 41cm.
Terhitung mulai tanggal 15 Desember 2011 pukul 00.34 WIB, kami resmi menjadi Abi dan Ummi. Walaupun agak deg-degan juga dengan keadaan kami yang serba cukup-cukupan. Untung Abi sudah mengurus ASKESku. Rejeki bayiku yang membolehkan kami pulang tanpa mengeluarkan biaya rumah sakit alias Gratis!!. Fasilitas yang bagus, obat yang bisa dibilang paten, pelayanan bidan dan dokter rumah sakit yang benar-benar baik. Semuanya Alhamdulillah kami dapatkan sekaligus.
Terimakasih Papa, yang sudah balap-balapan membawaku ke rumah sakit. Terimakasih banyak Mama, yang sudah capek mengelus-elus pinggangku. Terimakasih kakak yang sudah menyuruhku ngedan suka hati daripada ikutin saran ibu bidan hehhehe. Dedeknya langsung saja keluar.
Maafkan Farah ya Papa, yang sudah bela-belain tidur dilantai dengan kain batik untuk menjagaku. Maafkan Farah juga ya Mama, yang sudah bobok seranjang sempit-sempitan dengan Farah.
Maafkan juga Farah ya Kakak, yang jauh-jauh dari Lampuuk ke rumah sakit untuk menemaniku.
“Dedek sayang. Umi yakin kita akan bertemu kembali dengan Abi. Yang terpenting teruslah berdoa ya nak. Ummi, Abi dan Dedek pasti akan bersatu kembali. Aamiin...”

Dariku yang jauh di Nanggroe.

Senin, 03 Oktober 2011

Istri Pencari Kayu Bakar

Riwayat Nabi Muhammad SAW memberi tahu para sahabat tentang seorang istri yang menjadi salah satu penghuni surga karena amal perbuatannya yang baik dan mulia kepada suaminya. Ketika ditanya seseorang tentang perilaku kebaikannya terhadap suaminya, maka dia menjawab :


“Apabila suamiku pergi mencari kayu ke hutan, aku juga merasakan keletihan pada tubuhku. Seperti yang dialami suamiku dalam mencari rezeki untuk kami sekeluarga. Aku juga merasakan haus seperti yang dialami suamiku dan seolah-olah tenggorakanku kering karena teriknya matahari. Sebelum suamiku pulang selalu kupersiapkan untuknya air dingin dan makanan yang dia sukai. Aku menunggu kedatangannya dengan berdandan serta berias dan menyambutnya sebagaimana layaknya pengantin menyambut suami yang dicintainya. Aku serahkan diriku kepadanya. Apabila dia ingin beristirahat, aku bantu dia dan apabila dia mengkhendaki diriku sesungguhnya aku sudah berada dalam pelukannya. Seperti halnya anak kecil sedang ditimang-timang oleh ayahnya”.

Sabtu, 17 September 2011

Masakan Aceh Idamanku:)

Tanggal 4 September 2011 aku sampai di Aceh. Banyak kenangan yang ingin kuulangi lagi. Memancing di Ulee Lheue bersama si Abi, melihat perahu diatas rumah di Lampulo, mengunjungi meusium Tsunami, ke rumah kakakku di pantai Lampuuk, termasuk menikmati makanan-makanan khas Aceh yang belum sempat dinikmati di Nunukan sana. Hmm, gak nyangka suamiku “Abi El-fath” juga turut menikmatinya. Maklumlah, aku sekarang sedang dalam kondisi tinggi nafsu makan. Alias “ngidam berat-beratan!” hee… Harap maklum ya sama si Bumil.

Yuuk langsung aja :
Sie Itek Aceh Rayeuk
Pertama yang lulus seleksi dari si Papa adalah mengizinkan aku menikmati bebek peliharaannya. Habisnya bebek-bebek Papa banyak banget! Ya minta saja, eh gak taunya langsung dikasih. Dapat deh dua ekor heuhehhe… Langsung aja dibakar pake bumbu. Ntar kapan sempat ngeblog lagi, aku ketik deh resepnya. Gampang kok.Hmm… nyummy. Kalau gambar yang ada di bawah ini, namanya “Gulai Itek” yang dimasak khas Aceh Rayeuk (Aceh Besar). Warna kuah yang memerah karena cabai kering, pedas dari rawit, gurih dan dicampur rempah-rempah sehingga harum mewangi. Huwaa… aku suka banget yang satu ini. Ini dia Gulai Itek Aceh Rayeuk:


Kedua, Ketan plus Pengat dan Srikaya
Srikaya

Kuah Pengat
Kemarin ada yang ngundang walimahan. Senang campur terharu kembali melihat si manis ketan yang dilumuri pengat dan srikaya. Waduh, ngidamku hampir lunas 100%. Kalau di Aceh, kita memang selalu melihatnya di acara-acara tertentu. Maulid, hari raya, buka puasa bersama di meunasah bahkan waktu acara 7 bulanan juga kadang ada. Ketan yang dimasak dan dikukus hingga pulen dan lembut dan disirami kuah Pengat yang manis yang didalamnya ada pisang raja besar dan ubi ketela. Terus ditambah srikaya yang ada hiasan pandan dan nangka. Pasti deh, kamu pengen main-main ke Aceh. Ini dia gambar si manis:
Ketan Pengat Srikaya dan Tape Hijau Saus Stroberi


Ketiga, si teman-teman yang lain
Ini dia menu makanan-makanan lainnya yang turut menemani menu favoritku. Mohon maaf ya, aku belum sempat tulis resep-resepnya. Maklumlah, si Bumil masih menikmati waktu-waktunya di kampung halaman. Semua ini special buat suamiku yang jauh di Nunukan sana. Yang lagi menanti mutasi dalam waktu dekat ini. Tetap semangat dan sabar. Nanti Umi masak yang banyak buat Abi. Semangat semuanya!!!
Miehun
Pergedel Kesayangan Abi
Ie Timon (Air Timun) Kesayangan Abi
Kuah Rayeuk
Tape Hijau Saus Stroberi (hiks!! Umi gak dikasih maem ini)
Gado-gado
Ayam Goreng Sereh si Abi

Salam dariku di Nanggroe^^

Rabu, 14 September 2011

Sekarang aku di Aceh, Kamu??

Sudah sehari ini aku tidak melihatmu.
Kamu dimana sekarang?

Sudah semalam aku tidak berjamaah denganmu
Kamu sudah sampai dimana sekarang?


Sejak kemarin, sejak terakhir melihatnya di bandara. Rasanya hampa sekali. Baru terasa, ternyata begini perasaan yang sebenarnya kalau mengingat jantung hati tertinggal sangat jauh. Sudah dua minggu berada disini bersama keluarga yang kusayang. Memang terasa sangat nyaman, kesehatan membaik, jadi bertambah nafsu makan dan lebih kuat. Tapi bagaimana kabarmu sekarang?.

Kudengar dari kabar terakhirmu, kamu sedang berada di pelabuhan sekarang. Menunggu kapal membawamu kembali ke rumah kita tanpa diriku. Telepon kok gak bisa?. Sms pun gak masuk. Mungkin jaringan negara sebelah membuat nomorku kalah untuk menghubungimu. Memang biasakan terjadi seperti itu?. Pesan Umi : “Jangan lupa buang air galonnya ya bi. Ganti saja dengan air baru. Terus jangan lupa juga jemur kasurnya, masak nasi untuk makan siang ya abi, dan yang paling penting jangan lupa ngaji setiap selesai sholat. Kasihan Abi ya gak ada yang bantu? Harus bisa ya? Umi doakan dari sini agar Abi cepat mutasi biar kita bisa bersama lagi. Ingat sayang ini hanya sementara. InsyaAllah, ada yang lebih baik dari semua ini. Umi doakan Semoga Allah SWT selalu melindungi Abi… Baik-baik ya disana. Amin


Dariku yang jauh di Aceh.

Kamis, 25 Agustus 2011

Hari-hari Terakhir di Nunukan

Puasa sudah berjalan 26 hari. Berarti 3 hari lagi aku berada di Nunukan. Alhamdulillah, waktu terus berjalan sampai hari penantianku kembali ke Aceh sudah hampir tiba. Selama puasa ini, aku dan calon bayiku sudah mulai sehat. Memang di awal pulang dari rumah sakit,  aku belum bisa bangun dari tempat tidur. Masih teringat diingatan ini, kelelahan Abi setiap hari berusaha mengatur waktu kantornya dengan memperhatikan makan siangku. Abi berusaha pulang siang untuk melihatku. Maklum, kantornya jauh. Belum lagi, posisiku sebagai IRT digantikan semua olehnya. Dari mulai mencuci, memasak atau membeli makan di luar kalau tidak sempat, menyuci baju sampai menyapu. Berat badannya turun, kasihan Abi. Pipi tembemnya sudah menyusut alias kurus!! “Iiih... Ummi tega banget”, rasanya terus-terusan aku memarahi diri ini. Tapi apa yang bisa kulakukan, berdiri lama saja aku tak mampu. Alhamdulillah kesabaran Abi ternyata menambah semangatku untuk cepat sembuh. Menambah rasa cintaku padanya. Menambah rasa syukurku kepada Allah karena telah mengirim suami yang sholeh untukku.
Hasil USG Buah Hatiku
                Dari catatan diariku, tercatat Hari Jum’at Tanggal 5 Agustus 2011, kami kembali menjumpai dokter kandungan di Nunukan. Seingatku, Abi berusaha pelan membawaku dengan motornya. Aku lebih memilih Abi memboncengku daripada naik angkot yang belum tentu sopirnya mengerti keadaanku. Soalnya begitu tergoncang sedikit karena lubang-lubang jalanan, perutku menegang lagi. Ditambah rasa sakit juga. Begitu sampai di klinik, kulihat Abi tersenyum bahagia saat memperhatikan buah hatiku dilayar televisi saat di USG. Hasilnya janin bayiku tunggal hidup,denyut jantungnya bagus dan air ketubanku pun cukup untuk melahirkannya. Aku juga tidak bosan-bosan melihat foto bayiku walaupun cetakan hasilnya tidak sejelas 4 dimensi.
InsyaAllah, kalau ada waktu hari ini kami kembali menjumpai dokter itu lagi, mengingat aku harus meminta surat izin terbangku yang harus ada kurang lebih 4 lembar. Dari Nunukan ke Tarakan, Tarakan ke Jakarta dan Jakarta ke Aceh. 1 lembar lagi jaga-jaga kalau nantinya ada kendala penerbangan di jalan. Soalnya tiket pulang ke Aceh kami belum dapat. Masih tinggi sekali harganya. Kami masih menunggu harga standar yang insyaAllah bisa kami jangkau. Abi juga harus kembali ke Nunukan. Kalau tidak ingat kondisi bayiku, mungkin kami tidak akan berpisah dulu sementara ini. Tapi di Aceh, setahuku ada Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Soalnya KTPku masih berasal dari sana dan ada Mama yang menemaniku. Nanti begitu ada tanda kelahiran bayiku, Abi akan pulang melihatku. Semoga keputusan mutasi Abi segera datang. Biar kami bisa bersama lagi. Pengorbanan itu perlu. Demi kebaikan buah hati kami. Mohon dukungan dan doanya ya teman-teman.
Salam dariku yang jauh di Nunukan... :)

Selasa, 23 Agustus 2011

Bunda, Kami Selamat!


Dear Bunda...
Alhamdulillah kabarku sekarang ini sehat wal-afiat. Begitu juga dengan calon dedek bayiku. Sudah mulai respon dan aktif bergerak dengan setiap cerita-ceritaku. Usia kehamilanku sekarang ini masuk 24 minggu. Berarti tidak lama lagi akan masuk 6 bulanan. Oia,  apabila Allah mengizinkan aku akan pulang ke Aceh Lebaran Idul Fitri ini untuk mempersiapkan persalinanku disana. Karena kondisiku perlu bantuan medis yang lebih baik mengingat aku sebelumnya pernah masuk rumah sakit karena uterus kontraksi. Bingung ya, mengapa di usia kehamilan muda aku mengalami kontraksi? Padahal biasanya hal itu sering terjadi pada 7 bulanan ke atas. Perlu sedikit info untuk para bunda, sebenarnya bunda hamil itu wajar mengalami itu. Tapi tidak dengan dalam waktu yang sebentar-sebentar (dalam arti tiap menit muncul). Perlu waspada!. Kondisiku saat itu juga tidak mengalami pendarahan. Jadi aku mengira itu semuanya normal. Ternyata tidak!. Aku sedang sakit waktu itu dan semuanya berjalan begitu cepat. Sampai-sampai aku tidak akan mungkin melupakan pengalamanku ini. Penasaran? Tetaplah di ceritaku.
Bunda, Seingatku  hari itu hari senin. Tanggal 25 Juli 2011. Aku ikut ke kantor Abi di Sedadap. Kira-kira 12 km dari rumah kami yang berada di pusat kota Nunukan. Perjalanan yang lumayan jauh itu kami lakukan dengan mengendarai motor. Jalanan di sekitaran wilayah itu memang banyak gundukan aspal (tidak begitu rata). Kecepatan motor Abi juga tidak begitu cepat. Hanya saja aku bonceng dengan posisi ibu-ibu dengan duduk miring karena aku sedang mengenakan baju terusan sampai kaki. Sepulangnya dari sana aku mulai sakit pinggang. Karena kupikir itu normal, aku terus melanjutkan aktivitas dapur di rumah. Keesokan harinya aku masih belum ada perubahan. Masih lemas kecapaian karena perjalanan kemarin. Melihat kondisi itu, Abi menyuruhku tidak bekerja dulu sampai aku benar-benar pulih. Aku mengiyakan. Malamnya kami langsung mencari Bidan lain karena ku sms Bidanku dia sedang tidak ada di klinik. Bidan itu memeriksa denyut jantung bayiku dan mengatakan dia sehat (tidak apa-apa). Lalu memberikanku obat penahan nyeri untuk satu hari saja karena mengingat aku tidak boleh banyak mengkonsumsi obat. Hari selanjutnya  aku memilih lebih banyak berada di tempat tidur daripada duduk. Abi masih siaga terus mengontrolku dengan selalu pulang pada siang hari sambil memberikanku makan dan terus kembali lagi ke kantornya. Maklum, aku dan Abi hanya tinggal berdua saja. Karena penasaran aku menelepon kakak-kakakku untuk menanyakan mengapa kondisiku begini. Mereka mengatakan hal itu juga pernah mereka alami saat hamil dan itu normal-normal saja. Ku telepon Mama, Hpnya tidak aktif. Aku tunggu saja sampai suamiku pulang.
Ummi Farah di RSU Nunukan
Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku sakit. Sakit sekali. Perutku terus menegang. Berputar-putar bergelombang dan serasa terus mulas. Aku juga tidak bisa baring ke kiri atau ke kanan. Kata Abi, malam itu aku mengigau memanggil nama Mama. Rasa kalut, takut dan bingung membuat Abi langsung menelpon Mama di Aceh. Mama kaget dan ribut menangis menyuruh  Abi segera membawaku ke rumah sakit. Tapi karena kondisiku yang tidak bisa duduk di motor dan rumah sakit berada sangat jauh, kami menunggu sampai pagi. Paginya dengan bantuan teman, kami diantar ke klinik Bidanku, eh ternyata masih tutup. Lalu ke praktek dokter di Nunukan, eh tutup juga. Akhirnya aku dilarikan ke puskesmas dan dimasukkan ke unit gawat darurat. Lama juga aku disana. Mereka menanyakan apa aku mau segera ke atas (rumah sakit yang berada di sekitaran pegunungan) atau menunggu dokter praktek jam 6 sore?  Oh, tidak bisa!!. Aku dan bayiku sedang sekarat. Aku tegas minta diantarkan segera ke atas. Alhamdulilah, setelah menunggu 2 jam akhirnya aku dilarikan segera dengan ambulans menuju rumah sakit. Aku sadar saat itu. Aku masih terasa sekali saat ambulans berjalan asal di jalan bebatuan. Jadi bertambah sakit bukan main. Menangis saja yang bisa kulakukan sambil terus berdoa untuk bayiku, “Yang kuat ya Nak, Ummi mau dedek kuat. Ya Allah Ya Rabbi, selamatkan kami”. Terus dan terus berzikir menghembus-hembus nafas agar oksigenku lebih banyak ke bayiku. Kulihat gerakan bayiku melemah. Bahkan tidak ada gerakan lagi. Aku sudah pasrah saja saat itu. Kudengar sirine ambulans berbunyi keras memberi tanda kami sudah sampai. Begitu sampai aku langsung diturunkan cepat, dimasukkan ke UGD dan segera ditangani. Yang kulihat saat itu hanya perawat-perawat dan seorang bidan yang sibuk memasangkan infus, oksigen dan menyuntikkanku penguat rahim. Terus aku dilarikan lagi ke ruangan kandungan. Disitulah aku melihat dokter kandungannya ada. Dengan melihat perutku saja dia sudah mengatakan pada perawat dan bidannya, “Uterus kontraksi!!”. Dia menjelaskan kepada bidannya, kalau bayiku berkeinginan prematur besar sekali. Aku ketakutan. Dokter itu lalu memerintahkan mereka dengan bahasa medisnya. Cepat-cepat mereka mengikuti perintahnya. Kulihat mereka menyuntikkan obat lagi ke dalam selang infusku. Alhamdulillah dengan bantuan medis mereka,  kami akhirnya selamat. Denyut jantung bayiku kembali ada walaupun masih kondisi lemah. Kasihan Abi, dia sibuk bolak-balik mengurus administrasiku. Tapi dia terus menemaniku sambil mengelus-elus kepalaku. Mengingatku untuk terus berzikir. Setidaknya beban dihatiku sedikit berkurang karenanya. Setelah itu aku masuk ke kamar sebagai pasien rumah sakit itu.
Bunda... Malam itu, aku memimpikan bayiku. Bagitu banyak bayi-bayi terbang di atas kepalaku. Kugapai tangan-tangan mereka tidak ada satupun yang kudapat. Dengan ligat dan berusaha keras, aku mendapatkan seorang bayi mungil. Dia tidak mengenakan baju. Kasihan, aku langsung memeluknya. Kuciumi keningnya. Kudekap di pangkuanku erat-erat. Sesaat  itu aku sadar dan menjerit menangis teriak-teriak sambil menggenggam tangan Abi. Abi menenangkanku dan mengatakan itu pertanda aku masih bersama bayiku. Aku pun tenang dan tertidur kembali pulas...
RSU Nunukan

Bunda, 3 hari disana aku baru bisa menggerakkan kakiku. Setelah 4 hari, aku sudah bisa duduk. Aku berangsur-angsur pulih. Melihat kondisiku akhirnya aku diizinkan dokter untuk pulang ke rumah. Hari itu tanggal 31 Juli 2011. Kalau orang Aceh saat itu sedang ada acara penyambutan puasa. Namanya Meugang. Karena besoknya sudah mulai masuk 1 Ramadhan. Ku sms Mama, kubilang “Mama... Masak daging ya? Farah enggak...”. Terus terang aku sedih sekali. Hmm, Bunda tau gak apa jawaban Mama? Mama bilang, “Mama gak Meugang nak... Mama teringat Farah”.
Sungguh benar-benar dilema. Benar-benar dalam ujian Allah. Alhamdulillah kami masih bisa melaluinya. Maha Besar Allah yang telah Menciptakan dan Menghidupkan Makhluknya. Engkaulah yang telah memberikanku amanah ini. Alhamdulillah aku masih dipercayakan untuk bersama bayiku. Thanks to Allah.
Salam dariku yang jauh di Nunukan.

Senin, 22 Agustus 2011

ACEH~NUNUKAN



Pulau Nunukan
Assalamu'alaikum Wr Wb..

Dear Teman!!

Saleum lon dari Nanggroe.
Yang sekarang sedang berada jauh di Nunukan. Rasa sepi ini terkadang membuatku semangat bercerita banyak. Kumulai dengan "Bismillah" dan mohon maklum yaaah... Aku sedang belajar... :)





hUaaa....!

Aku di Nunukan sekarang. Benar-benar pengalaman baru untuk dapat tinggal disini. Jauh dari orang tua dan teman-teman. Jadi teringat perjalanan dulu. Dari Aceh butuh 6 jam untuk sampai disini. Belum lagi nyambung naek kapal laut 3 jam untuk sampai ke Nunukan (Maklum barang bawaanku buaanyak!). Padahal kalau naek pesawat bisa juga. Tapi gak mungkin. Mana ongkosnya??.
Pelabuhan di Nunukan

Eh, berarti sudah 5 bulan ya aku tinggal disini?. Masih belum ada perubahan. Gak ada teman. Tetangga cuek. Saudara jauuh. Hiks, sedih that hatee... :(

Hmm... tapi gak masalah. Yang penting ada si Tuan “Suamiku Tercinta”. Yang selalu menemani kesendirianku disini. Rasa kangen kampung pun terobati. Terus berusaha dan berdoa. Insyaallah Allah akan terus menjaga kami disini. Amin.

Indahnya Senja di Nunukan

Salam dariku yang jauh di Nunukan.