Karena kau pergi jauh...
Suamiku “Abu Sayyaaf”
Alhamdulillah berkat doamu, bayi kita sudah lahir. Keadaannya InsyaAllah sehat lahir dan bathin. Sulthan Sayyaaf AlFaarisi, nama titipan yang sudah jauh hari dirimu persiapkan, sudah ummi cantumkan di surat tanda kelahirannya. Seandainya saat lahiran ada Abi disamping, mungkin akan menjadi kenangan yang terindah buat kami. Namun nyatanya, kita masih belum mampu mencegah kehendak Allah SWT. Yang ummi rasakan saat itu, Abi masih terpaku sibuk beribadah mendoakanku dan bayiku yang jauh di Nanggroe.
Ah, itu tidaklah penting!
Doamu adalah lebih dari segalanya. Buktinya kami selamat! Yang terpenting juga ada Kakak, Papa dan Mama yang selalu menemani, melihat dan terus memantau keadaanku.
Masih teringat hari itu adalah hari Rabu. Hari terakhir aku mengontrol kondisi bayiku di rumah sakit yang sama. Dokter menyarankan aku mengkonsumsi eskrim dan coklat karena berat bayiku belum memenuhi standar. Hanya 2,2kg!. Cepat-cepat pulang ke swalayan beli eskrim, air tahu dan lain-lain. Eh belum juga habis eskrimnya, gak nyangka ya? Malamnya aku kembali untuk lahiran... heeJ
Dan terbukti, kuasa Allah adalah segalanya. Tidak ada yang mampu memprediksi keadaan bayiku sebenarnya. Walaupun sudah 4 dokter kukunjungi, dengan hasil USG yang tidak berjauhan, nyatanya dedek Faaris lumayan besar. 3,1kg!! Dengan panjang 41cm.
Terhitung mulai tanggal 15 Desember 2011 pukul 00.34 WIB, kami resmi menjadi Abi dan Ummi. Walaupun agak deg-degan juga dengan keadaan kami yang serba cukup-cukupan. Untung Abi sudah mengurus ASKESku. Rejeki bayiku yang membolehkan kami pulang tanpa mengeluarkan biaya rumah sakit alias Gratis!!. Fasilitas yang bagus, obat yang bisa dibilang paten, pelayanan bidan dan dokter rumah sakit yang benar-benar baik. Semuanya Alhamdulillah kami dapatkan sekaligus.
Terimakasih Papa, yang sudah balap-balapan membawaku ke rumah sakit. Terimakasih banyak Mama, yang sudah capek mengelus-elus pinggangku. Terimakasih kakak yang sudah menyuruhku ngedan suka hati daripada ikutin saran ibu bidan hehhehe. Dedeknya langsung saja keluar.
Maafkan Farah ya Papa, yang sudah bela-belain tidur dilantai dengan kain batik untuk menjagaku. Maafkan Farah juga ya Mama, yang sudah bobok seranjang sempit-sempitan dengan Farah.
Maafkan juga Farah ya Kakak, yang jauh-jauh dari Lampuuk ke rumah sakit untuk menemaniku.
“Dedek sayang. Umi yakin kita akan bertemu kembali dengan Abi. Yang terpenting teruslah berdoa ya nak. Ummi, Abi dan Dedek pasti akan bersatu kembali. Aamiin...”
Dariku yang jauh di Nanggroe.